Minggu, 26 Agustus 2012

Mengenal sosok ARN

(Rajawali dari Indragiri) Oleh ; M. Nurrurahman S.IP
Berani, idealis, dan visioner itulah yang saya kenal dari sosok ARN atau pria yang bernama lengkap Ary Nugraha, awal perkenalan saya dengannya adalah terjadi 5 tahun silam tepatnya awal-awal masuk kuliah ketika pemilihan komting, ketika pada saat itu teman-teman lain hanya diam muncullah sosoknya ke depan kelas sebagai inisiator pemilihan dan terpilihlah salah satu orang yang dituakan diangkatan kami (2007) sebagai ketua komting.

Awalnya saya hanya melihatnya orang yang biasa-biasa saja, namun sosok ARN kerap kali unjuk gigi dalam hal diskusi-diskusi disetiap mata kuliah sehingga saya melihatnya sebagai mahasiswa yang berbeda dengan yang lainnya, hingga membuat saya dengannya kerap beriteraksi dan membuat saya semakin akrab pada pria yang sewaktu SMA adalah pengagum peterpan & atlet Taekwondo ini.

Ia bukanlah mahasiswa yang serba instan ataupun aktifis karbitan, sebab yang saya tau bahwa ia sudah menggeluti dunia organisasi sejak SMP meski awalnya mempunyai sifat yang pemalu (baca; rising star tribun pekanbaru hari Senin 16 Juli 2012), hal itu ia tunjukkan ketika awal kuliah dengan menjadi pengurus salah satu organisasi kerohanian kampus dan menjadi pengurus DKD Kwarda pramuka prov Riau, tepatnya awal semester 2 ia sudah mengikuti latihan kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam (LK1 HMI) disalah satu komisiriat UIN SUSKA Pekanbaru, menjadikan ia sebagai sosok insan cita yang bernafaskan islam yang saya kenal hingga saat ini.

ARN adalah tokoh muda potensial yang saya kenal, mampu merekayasa diri bukan karena ditokohkan ataupun menokohkan diri tapi karena ia memang mumpuni dalam merespon setiap situasi dan kondisi yang terjadi, saya masih ingat bahwa ia telah mengikuti LK 2 HMI ketika masih semester 4, sebuah catatan prestasi yang baik untuk mahasiswa muda semester 4 sudah bisa lulus LK 2 HMI, tidak lama setelah itu yang saya ingat ia mengikuti SC HMI dan sekarang luar biasa ia telah banyak mencetak kader-kader baru di organisasi yang sangat dicintainya tersebut, Ia juga yang selalu memotivasi saya dan kawan-kawan untuk selalu aktif di organisasi intra atau ekstra kampus, meski pada akhirnya saya sendiri memilih aktif di organisasi Satuan Mahasiswa Pemuda Pancasila (SATMA PP) kota Pekanbaru.

Pendirian yang teguh yang melekat pada dirinya menjadikan ia sebagai sosok aktifis yang cukup disegani, perjuangannya yang tak mengenal putus asa membuat saya mengerti mengapa ia tetap ada hingga saat ini, ia bukanlah sosok yang pragmatis, doyan puja puji yang penuh pencitraan basi yang atau mengikuti sebuah organisasi hanya untuk menambah CV (Curiculum Vitae), ia tabah dan gagah menjalani dinamika hidup dan cobaan, tetap berjuang sampai titik darah penghabisan, dalam suatu pertarungan politik ia hadir bukan karena ‘disiapkan’ tapi karena ia memang telah ‘siap’ sehingga kalah sekalipun ia tetap berlapang dada dan berhati legawa, hal yang mendasari saya membuat catatan ini adalah bahwa saya adalah saksi hidup dalam beberapa pertarungan politik yang bang Ary ikuti walau pun belum diberi kesempatan tapi toh nyatanya ia tidak tenggelam kekalahan tersebut, malah semakin bangkit dan bangkit.

Dalam catatan sebagai seorang demonstran atau pergerakan parlemen jalanan ia bukan hanya sekadar pengikut namun yang saya ketahui ia selalu menjadi koordinator lapangan dan orator pematik semangat ‘hidup mahasiswa’ , ahli strategi dan taktik, dan ahli memainkan psikologi massa, wajar saja jika ia menjadi korlap pada sebuah demostrasi akan membuat aparat keamanan lebih meningkatkan kesiagaan, dan ia juga kerap menjadi sasaran bogem dan pentungan aparat, namun sekali lagi ia bukanlah orang yang pengecut atau berhenti berjuang hanya karena itu.

Semboyan “Solusi Semua Golongan” begitu melekat pada pria yang berkumis tipis ini, Pikirannya yang visioner , revolusioner, penuh dengan gagasan baru dan cerdas mencermati segala hal membuat ia kerap melakukan perlawanan terhadap hal yang ia anggap sebagai hal yang salah, tidang jarang akan menimbulkan perdebatan-perdebatan yang saya pikir apabila seseorang tidak dewasa dalam menanggapinya akan menimbulkan ‘like and this like’ atau tidak suka padanya, lantas mengapa bisa demikian? Hanya bang Ary sendirilah mampu untuk mengoreksi kedepannya. Seperti kata pepatah “Sudah tabiatnya tanah dilempari kotoran, toh malah akan membuatnya subur”.

ARN bukanlah sosok yang statis namun ia berjiwa dinamis, disatu sisi kehidupannya siapa yang menyangka bahwa dibalik karakternya tersebut ia adalah sosok yang romantis, Gemar meracik masakan, penggemar film-film atau lagu-lagu korea namun ia tidak suka gaya korea ala boy band (hehehe), bahkan urusan olah vocal suara ia tidak kalah dengan penyanyi top lainnya, itulah sebabnya saya bersamanya mencetus sebuah band dengan nama : ‘L 47’ yang diadopsi oleh nama dan nomor rumah tempat kami tinggal, band ini juga diprakarsasi oleh, Rachman (Bassis), Adrius (Drammer), Rahim (Gitaris) dan ARN sendiri sebagai (Vokalis), Mengenai sisi kehidupannya yang lain mungkin sobat-sobat lainya juga dapat memberikan penilaian dan bercerita seperti apa, tapi soal kehidupan asmara mungkin bisa kita lanjutkan ceritanya di lain kesempatan, namun yang pasti soal cinta saya yakin bang ary juga manusia......!hehehe


Salam Bhanti untukmu Negri……..!!!!

coretan_rachmanologyka#part1

#Sahabat ARN.